PENDAKIAN KU KE PUNCAK GUNUNG MERAPI

Gunung Merapi.., yaa.... Gunung yang terkenal ganas nya pasca erupsi 2010 lalu, kini ku coba gapai puncaknya. Rabu, 17 Oktober 2012, ialah hari yang sudah aku rencanakan untuk mendaki gunung Merapi bersama satu teman ku dari Bojonegoro, Jawa Timur (he is Rahmat Koplak)

Di hari Rabu siang,aku berangkat seorang diri dari Kota ku (Kebumen) dengan mengendarai sepeda motor. Rute jalan yang ku lalui Kebumen-Purworejo-Magelang-Selo/Boyolali. Karena aku belum pernah sekalipun melewati rute jalur ini, seperti biasa atau memang sudah kebiasaan..., sepeda motor yang aku pacu Nyasar..., yaaa.. kalo ga nyasar, ya ga seru.. heheee...

Singkat cerita, 4 Jam perjalanan ku tempuh akhirnya aku sampai Basecamp Barameru, Selo, Boyolali. Di basecamp, aku sudah di tunggu si Rahmat yang jauh-jauh dari Bojonegoro untuk mendaki gunung merapi bersama. Yaa... setelah sampai basecamp,ku Sholat, istirahat dan makan. Sore itu cuaca Gerimis, dan hujan deras tapi tak lama, sekitar jam 17:00 kami mulai langkahkan kaki untuk mendaki Gunung Merapi.

Dari basecamp, rasa was-was mengganggu mental kami, #apakah berani HANYA dua anak muda yang belum pengalaman, mendaki Gunung Merapi malam hari..? Pesimis... yaaa.... Aku pun tak yakin kalo kami itu bisa. Langkah demi langkah tanpa gairah terus di ayunkan. 40 Menit perjalanan baru kami lalui, hari mulai gelap, dan gerimis mulai turun lagi. Tanpa fikir panjang, kami keluarkan dan pasang tenda di Kebun wortel penduduk. Hari semakin gelap, gerimis menjadi hujan lebat di sertai angin kencang dan sesekali gemuruh. Akhirnya, malam itu kami habis kan hanya didalam tenda dan tertidur sampai pagi.

Pagi menjelang, sekitar jam 04:30, kami terbangun, udara dingin khas pegunungan dan pekatnya kabut menyapa kami dari luar tenda. karena masih dingin, kami belum berani keluar tenda. Kami terus masak dan sarapan pagi dengan menu Ketupat, Mie Goreng dan Secangkir Kopi. Usai sarapan, terus Sholat dan beres-beres tuk melanjutkan pendakian.
Jam 07:00, kami mulai melanjutkan perjalanan, tanjakan demi tanjakan, masuk hutan (tak lebat) dan pekat nya kabut harus kami lalui. Kali ini, kami Optimis tuk gapai puncak Merapi, langkah demi langkah santai kami ayunkan tuk menapaki tanjakan, jarak pandang yang hanya -20 meter karna tertutup kabut cukup meresahkan kami, ditambahlagi sesekali ada suara Anjing dan sering kali kami temui Monyet. Angin kencang tak henti-henti nya menerpa perjalanan kami.

Hari semakin siang, tapi tak terlihat siang, karena kabut selalu menghalangi cahaya matahari. Kami tetap berjalan, tanjakan-tanjakan berbatu terus kami lahap dan akhirnya kami sampai batas vegetasi antara tumbuhan dan batu-bebatuan. Puncak Merapi mulai terlihat sesekali kala kabut menipis, semangat kami semakin terbakar, ingin rasanya cepat-cepat gapai Puncak nya Merapi.

Jalur tandus, luas dan banyak berserakan bebatuan kami lewati, katanya tempat ini namanya pasar Bubrah (Pasar Setan yang ada di Gunung Merapi), disini kami kesulitan mencari Jalur yang biasa di lewati pendaki untuk menggapai Puncak Merapi karena tak ada jejak setapak. Menyusuri dan mencari, belum juga kami menemukan tanda-tanda jalur nya. Karena hari sudah siang, kami istirahat di bawah batu besar dan Masak untuk makan siang.

Setelah sekitar 1 jam istirahat dan Makan, kami memutuskan untuk segera menggapai Puncak merapi. Karena belum ketemu jalurnya, kami ber-inisiatif “Tembak_Puncak” menaiki dengan cara dan jalur kami sendiri. Barang-barang kami tingggal di bawah batu besar. Tanjakan Pasir berbatu sudah di depan mata, pelan dan berhati-hati, langkah terus melangkah, Tiga langkah naik, kaki turun selangkah. Beruntung bagi kami, akhirnya kami temukan jejak jalur yang biasa di lewati. Menyusuri jalur, tanjakan bebatuan bisa kami lalui, akhirnya kami sampai Bibir kawah Merapi yang terkenal ganas itu., tapi kami belum sampai puncak tertinggi nya. bau belerang sangat menyengat, sempat berfikir untuk menyudahi saja sampai bibir kawah itu dan tak usah sampai puncak tertinggi nya. Alasannya, karena khawatir bau belerang, angin puncak yang kenceng nya ga beraturan dan KELIHATAN nya puncak susah di gapai.

Tapi... dengan Mental pemberani khas anak Jawa Timur, si Rahmat Koplak nekat menggapai puncak Merapi, ku lihat.. dia berhasil menggapai Puncak yang ditandai dengan kibaran Bendera hitam. Tak adil kalo aku tak sampai Puncak juga. Aku memberanikan diri dan dengan hati-hati ku panjat bebatuan terakhir daaaaan ALHAMDULILLAH...... dengan segala kelemahan dan kekurangan ku, jam 13:00 aku Berhasil menggapai Puncak Gunung Merapi....

Tak henti-henti kami bersyukur atas keberhasilan itu, melihat langsung Kawah Merapi yang Sedang Aktif terus menerus mengeluarkan asap. Menikmati keindahan di tengah bahaya Gunung Merapi. Memandang kejauhan kota kecil yang tertutup kabut. Sungguh LUAAAAR BIAASAAA.....

Tak lama kami berdua di atas puncak (skitar 20 menit saja), kami terus turun. Kaki gemetar menuruni bebatuan yang sempit dengan kencangnya angin puncak. Berseluncur di pasir sejauh ratusan meter, itulah moment yang mengasikan.. meskipun saat meluncur turun, celana ku robek terkena batu dan Kamera digital ku error karena pasir nya. Tapi... Jiwa dan wajah kami tetap menggambarkan kepuasan..

Setelah mengambil barang-barang yang kami tinggal, kami segera turun. Kabut tebal semakin menjadi... jarak pandang hanya 5-10 meter saja di area pasar bubrah. Melangkah pelan dan hati-hati terus kami ayunkan. Seakan berpacu dengan waktu berharap saat senja, kami sudah sampai basecamp. Kami tak henti-hentinya menuruni tanjakan berbatu, kembali melewati hutan, kembali melewati perkebunan sayuran penduduk dan akhirnya tepat saat maghrib kami sampai di Basecamp.

Sampai basecamp, ku langsung bersih-bersih dan terus tunaikan sholat. Kebetulan di basecamp sedang ada 2 orang yang akan mendaki (kakek dan cucu asal bekasi), sembari kami istirahat, kami berbincang-bincang dengan mereka. Tak terasa malam begitu cepat, sekitar jam 19:30, kami berdua pamitan untuk pulang ke kota masing-masing...


MERAPI...., betapa Luas nya engkau.., betapa di kagumi nya engkau...
Engkau ajarkan Pelajaran tentang keikhlasan tanpa teks dan teori ataupun dalil-dalil suci terasa nyata... Lepas... Bersama mimpi-mimpi yang berterbangan. Hanya hari ini. Cukup hari ini...

Dalam kekosongan pandangan mata yang berisi ribuan makna, ada sedikit cerita yang terkuak. Selebihnya hanya tarikan dan hembusan nafas pelan… sungguh pelan…. simbol kepasrahan dan totalitas kehambaan..
Secara sadar.. kini Aku pun mengerti dan faham, bahwa saat-saat yang indah itu ada akhirnya… dan Aku bersyukur semuanya berakhir dengan cara-cara yang indah....