MERPATI YANG HILANG



Dulu aku pernah bahagia ketika semuanya itu masih tentang 'Kita'... 
Sampai tiba semua itu berubah ketika semua nya menjadi tentang aku dan kalian.. 
Karena engkau memilih takdir yang lain... 

Ku coba mundur supaya kalian tak terganggu akan ada nya diri ku... 
Dan.., setelah 6 bulan lamanya ku mencoba menghindar, tak bertemu dan membuang rasa supaya menjadi tawar.., kebetulan malam ini (30/08) yang bertepatan malam yang aku sebut 'penambahan usia' ku, engkau hadir di hadapan ku.. 

Engkau hadir sembari meyakinkanku kalau engkau bukan milikku lagi dan sudah di miliki oranglain.. .
Dengan simbolis 'mengembalikan' cincin tunangan yang pernah ku beri di hadapan orangtua dan saudara saudara kita.. .

Terimakasih untuk malam ini... .

Aku hanya ingin melupakanmu dengan cara sederhana.. .

Dulu aku mendapatkanmu dengan cara baik baik, dan malam ini ku melepas dan mengikhlaskanmu juga dengan cara yang baik baik... .

Semuanya pasti berlalu.., sesedih apapun atau sebahagia apapun... .
Bahwa orang yang kita cintai suatu saat akan pergi.., Semua akan berlalu.., Semua akan terlewati... .

Dan suatu saat aku juga akan menjadi pihak yang harus pergi... .
Ada waktu suatu saat nanti kita bertemu 'lagi' saat kita sudah menemukan kebahagiaan masing masing...

Kebumen, 30 Agustus 2016

Menjemput Janji "KEMBALI KE RINJANI"


Gunung Rinjani… 

Gunung yang berketinggian 3.726 mdpl dan merupakan Gunung tertinggi ketiga di Negeri ini. Gunung ini memiliki panaroma yang bisa dibilang paling bagus di antara gunung-gunung di Indonesia. Berada di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat


Saat ku gapai Puncak Gunung Rinjani yang pertama kali 16 Agustus 2013 yang lalu, Janji ku waktu itu ialah “aku akan kembali lagi”

Kenangan akan pendakian itu  pun bermunculan. Puncak gunung, matahari terbit, suara-suara binatang hutan ataupun kenangan perjuangan menggapai puncak saat itu pun masih teringat sangat segar, tapi… perjuangan itu nampaknya perlu di Refresh (di segarkan kembali)


Aku akan kembali lagi Bukan untuk sebuah penaklukan, bukan untuk sebuah prestige atau catatan rekor yang harus disimpan, apalagi sebentuk pujian… Aku hanya merasa rindu dan Gunung menginginkan aku kembali.. Itu saja..


Aku ingin menjadikan pengalaman mendaki Gunung Rinjani ini bak mutiara, dan mutiara itu adalah Menggapai Mahkota Dewi Anjani, Kabutnya, Savananya, dan Bukit Penyiksaannya…


Tepatnya bulan September 2013, sahabat aku dari Semarang mengajakku untuk kembali ke Gunung Rinjani…
tanpa pikir panjang, langsung aku mengiyakannya..
kita atur jadwal…, setelah jadwal kami sepakati, pada tanggal 3 November 2013. awalnya kami berencana ke pulau Lombok berangkat menggunakan Pesawat dari Juanda – BIL,


Aku yang di tugaskan mencari/boking tiket pesawat, setelah menjelajahi beberapa situs boking, akhirnya aku dapatkan tiket pesawat LION Air dengan harga Rp.606000/tiket, kami rencana berdua, jadi nya total Rp.1.212.000 untuk tiket pesawat.


Awalnya aku tidak menaruh curiga pada tiket yang sudah aku boking dan sudah aku bayar, tapi… ketika 2 minggu sebelum kami berangkat ke Lombok, aku cek ulang Tiket nya, ternyata Tiket yang aku boking adalah Tiket BODONG.., aku cek ke pihak maskapai, jawabannya ‘tiket sempat di boking tapi belum terbayar’, alhasil kami kena Tipu


Tapi.., bukan Rokhman kalau menyerah secepat itu…
Rencana tetap rencana…, kami putuskan tetap berangkat ke Lombok dan mendaki Gunung impian kami, Rinjani….

Karena uang yang untuk boking tiket bukan uang ku, dan aku yang boking, sebagai bentuk tanggungjawab, aku ganti dengan membayar sebagian biaya perjalanan ke pulau Lombok itu.., kami putuskan, kami ke Lombok menggunakan jalur darat dan laut..


Hari H pun tiba, karena kami dari berbeda daerah, aku dari Kebumen dan teman saya (Mr. Sapto} dari Semarang, kami janjian ketemuan di Terminal Bungurasih Surabaya. Dan berangkat lebih awal dari jadwal yang kami sepakati dulu.


Jum’at 01 November 2013, sore itu aku berangkat seorang diri dari Kebumen, di antar ke Terminal Bayangan (kedungbener) oleh seorang yang Spesial (DULU). Dari Terminal bayangan Kedungbener, aku naik Bus Mulyo menuju Terminal Giwangan Yogyakarta. Dari Terminal Giwangan, aku langsung nyambung Bus bersiap menuju Surabaya. Bus yang ku naiki malam itu adalah Bus Sumber Kencono, yaa.. Bus yang terkenal dengan keExtreman cara mengemudi nya. Benar saja.. malam semakin larut, setelah Bus melewati kota Solo, bus melaju dengan tidak wajar pada bus umum lain nya (rasain sendiri deh Bus Sumber Kencono..!!)


Singkat cerita, hari mulai pagi, dan sabtu shubuh bus memasuki Terminal Bungurasih Surabaya. Tempat yang kami sepakati untuk ketemuan dengan pak Sapto. Mungkin aku datangnya terlalu pagi, aku nunggu di Masjid terminal sembari shubuhan…


Hari mulai terang, waktu menunjukan jam 6 pagi, dan pak Sapto pun belum ada kabar kapan sampai nya. Masih menunggu di masjid terminal, dan akhirnya sekitar jam 7 pagi, pak Sapto muncul dengan ciri khas nya.. (cengengesan)


Setelah bertemu, dan mempersilahkan istirahat sejenak, sembari berbincang bincang di area masjid terminal, kejutan pagi itu, teman kami satu lagi muncul dari arah terminal, yaa… siapa lagi kalau bukan si Rendy…? Bocah yang selalu di Culik untuk berpetualang oleh pak Sapto.. akhirnya kami menjadi Bertiga J


Hari mulai terlihat siang, kami bersiap melanjutkan perjalanan. Tujuan kami selanjutnya adalah menuju Banyuwangi. Yaa.. kota di ujung timur pulau Jawa ini sebagai gerbang perpisahan dari tanah jawa . pagi itu kami menaiki bus ekonomi tujuan Surabaya – Banyuwangi dengan tarif Rp.40.000/orang. Awalnya kami nyaman nyaman saja, tapi setelah beberapa jam perjalanan, tepatnya sekitar jam 11 siang, bus masuk tempat seperti terminal di kabupaten Probolinggo. Tanpa pemberitahuan sebelumnya, kami di paksa oper  bus jika pengin terus melanjutkan ke Banyuwangi. Dengan perasaan kecewa, kami turuti. Si kondektur bus mencarikan kami bus nya, kami pun nurut…


Setengah kecewa kami melanjutkan perjalanan dengan bus operan, tak kami sangka, setelah bus melaju setengah jam perjalanan dari terminal di Probolinggo, ternyata Bus yang di pilihkan oleh si kondektur bus sebelumnya, tujuan nya bukan ke banyuwangi, tapi ke Kota Jember.. alamaaaak…. 


Kecewa… yaaa…, sempet kami kecewa, karena kesalahan sedikit dari apa yang sebelumnya kami rencanakan bakal berakibat fatal.. aku tahu itu…

Dengan bermodalkan GPS dari hp jadul (sony w20i), kami meyakinkan diri kalau kami tetap bakal ke Banyuwangi, walaupun arah perjalanan ini memutar lewat Selatan…


Sekitar jam 2 siang, kami sampai terminal Jember. Tanpa pikir panjang, kami langsung mencari Bus untuk terus melanjutkan perjalanan kami. Kami  dapati Bus langsung tujuan Bali (kami tidak tahu tujuan akhir Bali sebelah mana). Si kondektur bus tersebut pasang tarif Rp.80.000/orang sampai Bali, kami nego sebentar akhirnya kami dapat tarif special Rp.65.000/orang.


Sekitar jam setengah 3 sore, bus mulai meninggalkan terminal Jember, berjalan pelan kea rah timur sembari mencari penumpang penumpang lain. Bus sangat pelan, bahkan sering berhenti tanpa menaik turunkan penumpang. Kegelisahan mulai mengusik.. pasti bakal tak sesuai rencana, karena dari awal memang sudah tak sesuai jadwal. Hallah.. kita nikmati aja perjalanan yang ada…


Hari mulai sore, bus tetap berjalan pelan. Sekitar jam 6 sore, akhirnya kami sampai pelabuhan Ketapang. Bus langsung masuk kapal dan kami turun dari bus untuk menjadi penumpang kapal dalam penyebrangan ke Pulau Bali. Yang aku ingat, kami di atas kapal pas waktu Maghrib. Kami nikmati senja di selat Bali dengan pemandangan megahnya Gunung Raung.


Satu jam penyebrangan, kami naik ke Bus dan melanjutkan perjalanan kembali. Baru masuk Bus, aku tertidur (tak ada cerita saat aku tertidur). Sekitar jam 11 malem waktu setempat, Bus masuk terminal. Aku kira masuk terminal Ubung, tapi ko ini terminal Singaraja ? aduuuh…  semua penumpang turun, karena Bus hanya sampai terminal ini saja. Kami pun turun dan berusaha mencari kendaraan untuk melanjutkan perjalanan ke Lombok.


Karena hari sudah malam, dan terminal itu beroprasi tidak 24 jam, di terminal kami pun tidak mendapatkan kendaraan. Ada sih kendaraan, tapi meragukan, karena hanya sebuah Angkot kecil dan yang menawari kami orangnya sangar, besar dan bertato (calo malam) dengan tarif 40 ribuan perorang hanya sampai terminal Ubung. Kami pun tidak mau dan berusaha mencari kendaraan lainnya.

Kami keluar terminal dan berjalan kaki ke arah (mungkin) timur, tapi.., bukannya mendapat angkutan malah kami nyasar. Hari sudah lewat tengah malam, dan kami berusaha mencari angkutan atau tumpangan ke arah terminal Ubung. tapi usaha kami tetap sia sia atau Zonk..


Waktu terus berjalan, dan sekitar jam setengah 1 dinihari, kami terdampar di Pasar Beringkit (Badung), disana ada penjual Nasi Goreng yang sedang mau tutup, kami samperin, ternyata penjualnya asli orang Bandung Jawabarat dengan kentalnya logat Sunda dalam bahasanya.

Setelah ngobrol sana sini, si Bapak penjual nasi goreng itu menawarkan ke kami kalau mau mengantar kami ke terminal Ubung dengan sepeda motor nya. dengan basa basi alasan tidak enak perasaannya kalau sudah ngeropotin, kami terima juga tawarannya.


Setelah tenda gerobak nasi goreng nya selesai di beresin, kami bersiap di antar dengan sepeda motor nya ke Terminal Ubung, tapi… harapan itu pupus ketika motor nya tiba tiba mogok atau tidak bisa menyala. Di perparah lagi waktu itu turun hujan lebat. Kami pun berteduh di meja meja lapak pasar Beringkit. Terlihat si bapak penjual nasigoreng sibuk memperbaiki motor nya, sesekali kami membantu nya mengecek mesin, aki atau busi nya. dan tak jua si motor mau menyala. Akhirnya, karena kondisi kami sudah pada lelah dan cuaca hujan lebat, kami pun tertidur di atas meja lapak pasar.


Sekitar jam 3 dinihari, kami terbangun dan hujan sudah reda. Kami tahu tujuan kami masih jauh, dan kami segera bersiap melanjutkan perjalanan. Kami ke pinggir jalan raya dan menunggu kendaraan apasaja yang bisa mengantar kami ke arah tujuan kami. Banyak kendaraan yang lalu lalang, singkat cerita, kami di beri tumpangan ke terminal Ubung oleh pemuda asli Bali yang memang mau satu arah dengan kami, nama nya Bli Komang. Dia ke Pasar Ubung, kami ke terminal Ubung, dan kami pun naik Mobil nya sampai terminal Ubung, dengan memberi upah (ongkos) Rp.10.000/orang.


Kami tidak masuk terminal, karena kata nya banyak banget calo bergentayangan di dalam terminal. Tak lama kami nunggu di luar terminal dan kami pun mendapat Bus tujuan langsung terminal Bertais (Mataram) dengan tariff Rp.100.000/orang. Kami pun masuk bus, duduk paling belakang dekat Toilet. Sekitar satu jam perjalanan, bus pun sampai Pelabuhan Padangbai. Kami pun keluar dari bus dan segera mencari tempat tidur di Kapal Ferry. Kami tertidur beralaskan kasur yang tersediakan di kapal.



Kami terbangun sebelum matahari terbit, kami masih berada di perairan selat Lombok. Kami keluar dari ruangan kapal dan menikmati pagi sembari menunggu matahari terbit dari atas kapal. Yaa.. dari mulai awal perjalanan, baru saat ini lah kami menikmati nya



Sekitar jam setengah 8 pagi, kapal bersandar di dermaga pelabuhan Lembar, Lombok Barat. Selamat datang di Bumi Lombok…!! . saat kapal bersandar, kami semua masuk lagi ke dalam Bus untuk melanjutkan perjalanan. Bus langsung mengarah ke Mataram, dan tak lebih dari satu jam kemudian bus masuk terminal Bertais Mataram. Bukan terminal kalau tak ada Calo.., yaa… di terminal ini calo nya merajalela. Kami keluar bus di kerubutin calo, dan kami bisa lolos karena alesan mau sarapan dulu J




Keluar dari terminal kami mencari warung makan. Sarapan di kota Mataram sekitar jam 9 pagi. Tak lama kami sarapan, kami bersiap melanjutkan perjalanan. Tujuan selanjutnya ialah ke Aikmel, Lombok Timur. Kami menggunakan mini bus dengan tarif Rp.20.000/orang saat itu. Bus ini kebanyakan ngeTem (menunggu penumpang), perjalanan paling baru 2 Km aja kami di dalam bus sekitar 1 jam. Di sela sela perjalanan kami itu, kami temui rombongan yang akan mendaki Gunung Rinjani juga. Empat pemuda dari Sulawesi, kami pun satu angkutan satu tujuan dan satu perjalanan.


Sekitar jam 12 siang, akhirnya kami sampai juga di simpang Pasar Aikmel. Kami turun di sana, dan di sini tempat akhir kami mempersiapkan perbekalan untuk mendaki. Sembari yang lain belanja kebutuhan pendakian, saya coba tawar menawar angkutan menuju titik akhir sebelum pendakian, yaitu desa Sembalun Lombok Timur, Desa nya Para Pemimpi. Tawar menawar agak alot, Calo nya minta tarif Rp.20.000/orang, (dulu Cuma 15.000). oke.. kami sepakati tarif nya, dan selesai belanja kami pun terus melanjutkan perjalanan menuju Desa Sembalun dengan Mobil bak terbuka ber-Plat H (semarang).



Tak banyak cerita perjalanan dari Aikmel ke Sembalun, hanya sedikit insiden Mobil nya ga kuat nanjak kelamaan dan harus beristirahat sejenak di tengah perjalanan dengan lebatnya hutan hutan bagian dari taman Nasional gunung Rinjani. Pemandangan menakjubkan mulai kami nikmati. Bukit bukit dan pegunungan membentang megah di kanan kiri kita saat memasuki kawasan desa Sembalun.



Tampak di kejauhan Desa Sembalun diapit pegunungan pegunungan. Pada saat pertama melihatnya aku seakan menganalogikan desa itu seperti desa para pemimpi. Karena di desa Sembalun banyak para orang orang yang terus bermimpi untuk bisa menjejakkan kaki di Puncak Gunung Rinjani. Dan ini juga mungkin mimpi kami yang terwujud bisa datang kesini. Melihat dan menikmati keindahannya, berasa berada di dimensi lain. Jauh dari peradaban kehidupan perkotaan. Damai memandangnya.


Sekitar jam setengah 4 sore, kami Registrasi Pendakian kami ke Basecamp. Supir menurunkan kami tepat di Pos Pendaftaran Pendakian Gunung Rinjani. Dari sini kami dapat langsung melihat kegagahan Gunung Rinjani . Registrasi Pendakian Saat itu masih Rp.2500/orang untuk izin mendaki. Izin sudah di kantongi, kami lanjutkan perjalanan kami dengan mobil bak menuju sembalun Lawang, Desa terakhir tujuan kami. Setengah jam kemudian kami sampai sembalun lawang. Kami istirahat sebentar, sholat dan persiapan terakhir untuk mendaki. Membeli nasi bungkus untuk perbekalan pendakian sore itu.


Sore itu, kami bertiga berangkat mendaki duluan. Teman teman dari Sulawesi katanya masih menunggu dua temannya lagi yang sedang dalam perjalanan juga menuju sembalun.
Melangkah pelan, ciri khas kami mendaki. Sembari menikmati perjalanan sore. Menyeberangi sungai, melintasi padang rumput, menaiki perbukitan, melewati hutan dan singkat cerita kami sampai juga di savana. Bagian kemegahan Gunung Rinjani. Sayangnya, luas savana yang membentang, saat itu baru terbakar. Sangat di sayangkan..


Hari semakin sore, kami sudah tempuh perjalanan 1,5 jam, kami pun sampai pos 1, Pos Pemantauan. Sebuah gazebo kecil beratap seng sebagai petanda kami berada di pos 1 jalur pendakian Gunung Rinjani lewat Sembalun. Pos yang teletak ditengah jalur di daerah savanna serta berada pada ketinggian 1300mdpl. Pos ini tidak ada sumber air. Kami istirahat, tak berselang lama rombongan teman teman dari Sulawesi menyusul kami. Mereka menjadi ber-enam. Tak banyak apa yang kami lakukan di Pos 1 ini, hanya beristirahat mengatur nafas nafas kami. Dan kami pun melanjutkan perjalalanan kembali menuju Pos selanjutnya.


Dari pos 1 kami ber-sembilan melangkah bersama, hari semakin sore dan matahari mulai bersembunyi di balik megah nya gunung Rinjani. Langkah terus kami ayunkan, hari mulai gelap dan kami masih di tengah savanna. Perjalanan di jalur landai, langkah semakin cepat dan sekitar jam setengah 7 malem, kami sampai di Pos 2, Pos Tengengean. Pos yang terletak di sebelah kiri jalan agak menjorok kedalam dengan ketinggian 1500mdpl, dan didepan pos ini terdapat sungai kering serta jembatan diatasnya yang merupakan jalur pada rute ini (dulu), kalau sekarang pos nya lebih keatas lagi di area savanna yang terbuka. Di pos ini kami bisa jumpai sumber mata air. Kami istirahat, sholat dan mengambil air. Teman teman dari Sulawesi berencana bermalam di pos 2 ini. Katanya sudah terlalu kelelahan. Kami bertiga pun melanjutkan perjalanan.



Langkah demi langkah terus kami ayunkan. Warna jingga nya langit kami nikmati. Ketenangan dan kesunyian alam adalah keindahan bagi kami. Sekitar setengah jam perjalanan, kami istirahat dan  memakan bekal nasi kami. Tak lama, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Pos 3. Melangkah dan akhirnya kami di ujung savanna, melewati jembatan sungai kering, menaiki dan melintasi perbukitan kembali dan akhirnya kami sampai juga di Pos 3 atau Pos Pada Balong.



Di pos 3 ini terdapat bangunan gazebo, terletak persis dipinggir aliran lahar/sungai kering, pada ketinggian 1800mdpl. Kondisi Pos 3 ini masih sangat bagus dibanding dua pos sebelumnya. Dari pos ini menuju Plawangan kita akan dihadapkan dengan tanjakan bukit Sembilan atau Bukit Penyiksaan. Karena kita memang melewati sembilan Bukit. Kondisi kami sudah lumayan lelah dan pasti nya sangat mengantuk, tak mungkin  kami melanjutkan perjalanan melintasi bukit/tanjakan penyiksaan yang berada di hadapan mata. Disini kami putuskan untuk bermalam. Sembari melepas lelah, memasak air untuk sekedar membuat minuman hangat dan bersiap kami untuk beristirahat. Kami tidak pasang tenda, karena malam itu kami tidur di gazebo/gubuk, hanya berselimutkan sleepingbag. Sekitar jam 8 malam, Aku yang paling cepet tidur nya malam itu karena sangat mengantuk  J


Sedikit trik untuk mendaki Rinjani dengan tenaga pas pasan, kita naik dari Basecamp usahakan sore hari, karena saat kita melintasi padang savanna yang begitu luas, cuaca sudah tidak terlalu panas.


Malam berganti pagi, kami terbangun  dan pagi itu kami bersiap melanjutkan perjalanan. Setelah sarapan dan re-packing, kami melanjutkan pendakian ini. Sekitar jam 7 pagi, kami tinggalkan Pos 3 dan bersiap melintasi Tanjakan/bukit penyiksaan. Yaa… dinamakan bukit penyiksaan, mungkin karena tanjakan/bukit ini benar benar menyiksa bagi yang melintasi nya.. entahlah…


Langkah pelan kami ayunkan, Melangkah menaiki bukit demi bukit dengan pemandangan yang luar biasa. Bukit demi bukit berada di hadapan kami, dan Nampak luas nya savanna yang telah kami lewati hari kemarin saat kita menoleh ke belakang. Hari beranjak siang, sesekali kami bertemu pendaki yang turun beserta porter nya. tapi tak satu pun kami bertemu pendaki yang naik hari itu. Tak jarang juga kami temui monyet liar menghampiri kami saat kami istirahat.



Sembari berjuang melintasi bukit/tanjankan, kami  nikmati perjalanan ini, memandangi puncak Rinjani yang Nampak berselimut kabut atau mungkin juga seperti badai puncak.  Kami terus melangkah, bukit demi bukit kami lewati. Akhirnya sekitar 3-4 jam perjalanan, kami berada di ujung bukit penyiksaan dan sampai juga di pos Plawangan. Sebuah dataran yang cukup luas untuk beberapa tenda yang terletak diatas gigiran punggungan yang menyatukan dengan punggungan menuju puncak serta berada pada ketinggian 2639mdpl. Dari sini terlihat jelas Segara anakan dan gunung baru. Disini terdapat sumber air yang berupa pancuran. Puncak Rinjani terlihat jelas dari sini. Perlu di catat, Hati-hati terhadap monyet didaerah ini mereka sangat agresif untuk merebut makanan setiap pendaki yang lengah.



Sejenak kami melepas lelah, karena Ego ku yang besar dan terburu buru, aku usulkan kita melanjutkan pendakian ke puncak hari itu juga. Tapi.. Rendy dan pak Sapto seketika itu juga tidak menyetujui. Mungkin karena kondisi sudah kelelahan, atau mungkin hari sudah siang, atau mungkin juga karena Nampak badai di jalur Puncak. Akhirnya kami putuskan, kami bermalam di area camp Plawangan dan melanjutkan ke puncak esok hari nya. Setelah dirasa cukup istirahatnya, kami melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat ngecamp yang dekat sumber air nya, dari awal pos plawangan kira kira sekitar 1 Km perjalanan dengan jalur datar.



Lokasi seluas plawangan, hari itu tak ada satu pun tenda para pendaki, atau hanya kami saja siang itu yang berada di sana. Setelah tenda terpasang, kami bagi tugas. Aku dan Rendy mencari air turun ke tebing, dan pak Sapto jaga tenda. Sumber air yang berada di antara perbukitan, memaksa kami untuk menuruni dan memutari bukit. Yaa sekitar belasan menit untuk menuju titik air. Mata air dari rembesan bukit yang di bikin menjadi aliran menggunakan pipa kecil. Air nya yang dingin dan sangat segar, cukup mengurangi lelahnya kami hari itu.



Setelah air kami dapat cukup, kamipun kembali ke tenda, saat kami naik ke atas menuju tenda, rombongan teman teman dari Sulawesi yang hari sebelumnya kami berangkat bareng, sudah berada di Plawangan dan sedang memasang tenda. Kami berdua menghampiri mereka dan sempet ngobrol ngobrol. Di sekitar tenda mereka terdapat banyak gerombolan monyet monyet liar, sebagai hiburan tersendiri saat memberi makan monyet monyet tersebut. seakan memberi sambutan selamat datang di Surga nya para pendaki. Tapi saat aku mengajak bermain monyet monyet itu tanpa membawa makanan, malah aku di kejar kejar salah satu monyet yang paling besar di gerombolan itu. Beruntung tak sampai kontak fisik, hanya sekedar di kejar dengan gaya si monyet yang mengisyaratkan kalau dia yang berkuasa di lokasi itu.



Kami pun kembali ke tenda kami yang berjarak sekitar 500 meter dari tenda rombongan Sulawesi. Hari menjelang sore, dan kabut angin mulai turun menyelimuti area camp. Tak banyak yang kami lakukan sore itu. Hanya bercanda canda ria di dalam tenda yang bergoyang di terpa kencangnya angin sore itu.
Hari semakin gelap dan kami masih bertahan di dalam tenda, memasak makan dan menikmati hangatnya minuman kopi instan malem itu. Angin yang tak kunjung reda memaksa kami bertahan terus di dalam tenda. Masak makan dan sholat pun kami lakukan di dalam tenda.

Rencana.. kami melanjutkan ke Puncak pada jam 2 dinihari esok. Setelah kami makan sholat dan set alarm, sekitar jam 8 malam kami semua pun tertidur.


Hari semakin larut, dan malam berganti pagi. Alarm yang kami siapkan pun berbunyi. Kami semua terbangun dan segera memasak air untuk menghangatkan dan menyegarkan tubuh kami dan sebagian untuk perbekalan ke puncak. Setelah makan, minum dan segala nya siap, kami ikat ujung ujung tenda kami ke batang batang pohon, khawatir tenda kabur terhempas kencangnya angin saat kami tinggal.

Sekitar jam 2 dinihari, kami langkahkan kaki ini menuju arah Puncak gunung Rinjani. Perjalanan kami melewati tenda rombongan Sulawesi. Mereka pun sedang bersiap melanjutkan ke puncak pagi itu. Sembari pamit, kami melangkah duluan melanjutkan perjalanan.


Langkah kami mulai menapaki perbukitan, udara masih terasa dingin. Bekal minuman panas yang kami bawa pun sudah berasa dingin. Langkah kecil terus kami ayunkan , setapak berpasir sedikit mempersulit langkah kami. Harus pintar meilih jalan untuk kita pijak. Masih sekitar jam 3 dinihari dan senter yang kami bawa sebagai penerangan pun mulai redup. Akhirnya sekitar jam setengah 4 dinihari kami sampai persimpangan dan kami duduk duduk sebentar disini..


Kami sadar, kalau duduk terlalu lama kami akan semakin merasa kedinginan., kami pun melanjutkan perjalanan. Pelan pelan asal berjalan, waktu terus beranjak pagi, cahaya fajar mewarnai langit timur meski masih sekitar jam 4 pagi. Sesekali kami istirahat karena semakin jauh kami melangkah, semakin tinggi dan oksigen semakin tipis karena masih gelap, Udara semakin dingin.


Saat kami istirahat, 2 pendaki dari new Zeland menyusul kami. Kami pun melanjutkan perjalanan kembali di tengah dingin nya udara saat itu. 2 pendaki dari New Zeland juga Nampak kewalahan dan mereka istirahat. Kami pun mencoba terus berjalan walau pelan.


Langkah demi langkah terus kami pijakkan.., cuaca semakin memburuk, suhu semakin dingin, angin semakin kencang. Tak bisa kami tutupi kalau kami harus lebih sering berhenti. Aku yang berjalan paling depan sesekali juga berhenti  karena angin saat itu begitu kencang dan suhu udara semakin mengecil. Sadar hari semakin pagi, tak lupa ku tunaikan sholat shubuh hanya beralaskan Jaket. Selesai sholat, ku duduk sebentar menunggu Pak sapto dan si Rendy. Akhirnya mereka menyusulku.


Hari itu kamilah rombongan yang paling depan. Kami pun melanjutkan perjalanan kembali di tengah riuh nya angin shubuh bercampur air kabut. Sesekali pak Sapto menggigil hebat karena dinginnya pagi itu. Aku perkirakan suhu pagi itu berkisar 5-7*C bercampur  angin. Saat kami berhenti, ada 2 orang lagi menyusul kami, mereka pendaki/wisatawan asal Prancis. Kami pun melanjutkan perjalanan kembali, dan mereka pun tersusul kembali oleh kami. Kami bertiga berusaha melawan dingin dan menelusuri jalur berpasir menuju puncak Rinjani. jalur pasir bebatuan yang rapuh dan gampang ambrol ketika di injak.


Puncak semakin dekat, angin semakin kencang dan suhu semakin dingin. Pak sapto kedinginan hebat. Bukan hanya pak sapto, tapi aku dan rendy juga kedinginan. Tapi paling parah ya pak Sapto. Mencoba kami melawan rasa dingin itu dengan terus berjalan, tapi usaha kami terhambat karena angin semakin kencang menjelang puncak. Waktu itu sekitar jam setengah 5 pagi.


Kami yang tidak tahan dengan dingin dan kencangnya angin, akhirnya berlindung di bawah batu tepi jurang. Yaa… sangat tipis dan menghadap jurang. Dan saat itu penerangan kami kurang (senter nya redup). Tak jarang, batu atau kerikil yang kami pijak langsung jatuh ke jurang. Dengan hati hati, kami berlindung di balik batu  besar.


Cukup lama kami bertahan di balik batu sembari menunggu angin tak lagi kencang. Puncak tinggal 50-100 meter lagi. Saat angin tak sekencang tadi, kami pun melanjutkan menuju puncak. Dengan kedinginan dan bibir kami untuk berbicara pun terasa sulit karena kelamaan kedinginan. Langkah berat di kerikil berbatu terus kami pijakkan. Di titik ini juga kaki ku tak mau kompromi dan terus bergetar. Di antara nafas yang tersengal, di tanjakan berpasir menjelang puncak, kami yang berjalan kelelahan, menyeret langkah menembus tanjakan berpasir.


Menjelang puncak, kami tersusul oleh satu pendaki wanita dari Canada. Dia seorang diri dan Nampak masih kuat berjalan ke puncak.

Kami pun berjalan pelan di belakangnya. Di antara putus asa kami terus berjalan, melewati batasnya sendiri.
Kami semua pun memiliki masa-masa terberat saat keputus asaan menghampiri.
Saat batas kemampuan kami diuji. Saat lutut atau nafas tidak selalu bisa diajak bekerja sama. kami mencoba menanganinya dengan cara masing-masing.

Dan tanpa terasa, masa-masa putus asanya terlewatkan. Saat akhirnya kami berhasil mencapai garis akhir. kami gapai Puncak Rinjani bersamaan sang mentari terbit. (jam stengah 6 pagi) Alhamdulillah…


Yaa…. Puncak yang selalu kami impikan, puncak Rinjani…. Pagi itu kami gapai.. wanita pendaki asal Canada tak lama di Puncak, dia terus turun.., dan tak lama kemudian di belakang kami menyusul satu lagi pendaki pria dari Austria. Dia pun tak lama di puncak dan terus turun.


Rasa syukur dan kagum tak henti hentinya kami expresikan.., sujud syukur, nangis terharu dll. Pagi itu hanya kami bertiga yang berada di puncak Rinjani. Tepat tanggal 1 Muharram 1435 H. sangat special.. beriring matahari semakin tinggi, cuaca pun semakin cerah. Tak bosan kami menikmatinya. Rasa lelah dan beratnya perjuangan menggapainya seakan akan kami lupa. Yaa… disitu dulu ku berjanji untuk kembali. Janji yang terobati “Puncak Dewi Anjani” . memang benar adanya, gunung menginginkan aku kembali.



Sekitar jam setengah 7 pagi, rombongan dari Sulawesi menyusul sampai di Puncak. Mereka lengkap ber-enam.  Yaa… hari itu kami lah yang berdiri di Puncak tertinggi ketiga di Negeri indah ini. 3 pemuda dari Jawa (kami) dan 6 pemuda asal Sulawesi. Mungkin keindahan itu lebih dari apa yang kami expresikan dengan kata kata. Ku perhatikan wajah-wajah yang tersenyum cerah, memandang alam yang seindah puisi, dan membiarkan diriku kembali  terharu. Cukup lama kami di Puncak. Meluapkan kegembiraan kami ketika apa yang kita perjuangkan, kita yakin akan kita gapai..



Sekitar jam 8 pagi kami turun dari puncak. Berjalan pelan sembari menikmati keagungan Tuhan sepanjang jalur yang kami  lewati. Tak banyak apa yang harus kami ceritakan perjalanan turun dari puncak menuju tempat kami ngecamp. Sebelum sampai tenda, kami mampir dulu ke sumber air untuk bersih bersih dulu. Dan terus kembali ke tenda, sampai di tenda  langsung mencari sisa logistik yang bisa langsung dimakan..



Hari itu, kami berencana turun ke Danau Segara Anak, tapi… mungkin karena Ego ku juga, semua itu gagal. Kami tak singgah di "si cantik" Segara anak. Aku yang pengin nya terburu buru untuk turun dan pulang ke jawa. Bukan karena aku tak betah di Gunung Rinjani atau Lombok, tapi.. Rutinitas harian ku yang menggoncang fikiran ku untuk secepat mungkin pulang ke Jawa. Maaf kan aku… aku tau ego ku bikin kalian kecewa… . Aku yakin, Rinjani sekarang, esok atau puluhan tahun kedepan Rinjani masih akan selalu cantik..


Setelah istirahat, beres beres dan packing barang barang. Selepas tengah hari kami kembali menuruni jalur sembalun. Kami tinggalkan Plawangan jam setengah 1 siang. Melangkah meninggalkan jejak jejak keindahan kami. Menuruni bukit penyiksaan dengan berjalan pelan. Satu setengah jam kami turuni bukit penyiksaan, kami sampai pos 3. Nampak banyak Pendaki yang sedang beristirahat di pos tersebut. Kami istirahat sebentar dan kembali melanjutkan perjalanan turun kami.


Karena kondisi fisik pak Sapto Nampak kelelahan, dia berjalan sedikit lebih pelan dari kami. Maaf kan aku yang kurang sabaran saat itu. :-D . aku dan Rendy selalu berjalan di depan, dan beberapa kali kami berhenti menunggu pak Sapto menyusul kami. Yaa seperti itulah perjalanan kami dari pos 3 sampai bawah. Kami sampai desa sembalun sore hari sekitar jam setengah 5 an. Sembari istirahat kami menunggu angkutan yang siap ke arah kota (aikmel).


Lama kami menunggu, tak kunjung ada angkutan yang ke arah kota. Sampai sampai kami di beritahu oleh warga, kalau se sore itu angkutan langsung ke kota sudah tidak ada. Aduuuhh… tak mungkin juga kami menunggu pagi kembali untuk ke kota. Sembari  menunggu dan berfikir, satu orang pendaki dari Sulawesi ternyata juga ikut turun, dia baru sampai bawah setengah jam setelah kami. Kami pun mencoba bertanya Tanya sama warga bagaimana cara nya ke kota hari itu juga. Akhirnya kami di anjurkan untuk ke tempat pengepulan sayuran di sembalun bumbung dan selanjutnya ikut mobil sayur ke kota. Kami pun mengikuti petunjuk warga itu.


Dari sembalun lawang,sekitar jam 5 sore kami di carikan mobil bak untuk ke arah sembalun bumbung. Mungkin sekitar 3-5 km perjalanan, kami sampai. Kami segera mencari mobil sayur yang ke arah kota. Banyak yang menawari kami, tapi ada satu yang siap mengantar kami langsung ke Pelabuhan, dengan syarat siap menunggu. Akhirnya kami terima tawarannya.


Kami pun menunggu mobil di isi sayuran, kami kira maghrib sudah bisa berangkat, ternyata setelah mobil penuh dengan sayuran, sopir mau nya berangkat setelah jam 8 malem. Hadeeeh… tak apalah…, sembari menunggu, kami gunakan waktu untuk istirahat, sholat dan bercerita cerita sama warga setempat. Dan ta terasa waktu semakin malam dan kami pun di panggil untuk siap siap berangkat ke kota.


Berada di Tumpukan sayur sangat tidak nyaman., untuk duduk pun kami tidak bisa. Kami harus merebahkan badan agar sedikit lebih nyaman. Yaa… yang di tengah sih nyaman sampai bisa merem di perjalanan, tapi aku..? yaa.. aku di pinggir dengan rebahan diatas keranjang sayur. Jangankan untuk merem, untuk tidak pegangan aja aku tidak berani. Yaaah nikmati sajalah…


Sekitar jam 11 malem, mobil yang kami tumpaki masuk pasar sayur Mandalika. Semua sayuran yang di dalam bak mobil memang untuk di turunkan di pasar Mandalika ini. Sembari menunggu sayur semua di turunkan, kami hanya duduk duduk saja di samping mobil. Setengah jam kemudian, mobil kosong dan siap mengantar kami ke Pelabuhan. Sebelum ke Pelabuhan, teman kami yang dari Sulawesi minta di antar dulu ke Sekret Mapala UNRAM, mobil pun segera melaju ke arah Univ Negri Mataram dan selanjutnya ke arah Pelabuhan lewat arah Praha Lombok tengah. Sempat gerimis di perjalanan menuju pelabuhan. Sekitar jam setengah 1 malam, akhirnya kami sampai juga di pelabuhan Lembar dengan membayar Rp.60.000/orang kepada supir mobil yang mengantar kami.


Di Pelabuhan, teman dari Sulawesi itu tak mau bareng kami menyebrang ke Bali. Akhirnya kami membeli tiket Kapal bertiga dan langsung masuk kapal. Tepat jam 1 dinihari, kapal meninggalkan Pelabuhan Lembar Lombok. Kami meninggalkan Lombok dengan membawa kenangan yang Indah. membawa kenangan akan sisi Indah alam Indonesia yang akan sulit kami lupakan..


Karena lama kami tak mandi, akhirnya kami bisa juga mandi di kapal malam itu. Selesai pada mandi, kami mencari tempat di kapal untuk tidur, dan malam itu kami tertidur di kapal.


Pagi menjelang, kami terbangun, kapal yang masih di perairan segera bersandar ke dermaga Pelabuhan Padangbai. Sekitar jam setengah  6 pagi Kapal pun bersandar, kami keluar kapal, keluar pelabuhan dan menunggu Bus untuk melanjutkan perjalanan Pulang ke Jawa. Tak lama kami menunggu, bus pun datang, kami segera naik untuk tujuan terminal Gilimanuk.


Bus pun meninggalkan Pelabuhan  Padangbai, bus melaju kearah barat. Tapi belum lama kami meninggalkan Pelabuhan, bus masuk Pasar dan malah ngeTem di pasar. Lama sekali bus berhenti nya, hampir satu jam kami menunggu bus berjalan kembali. Sembari menunggu bus melanjutkan perjalanan, kami masuk pasar untuk sekedar berbelanja makanan (buah). Sekitar jam 8:30 an pagi, bus pun bergerak meninggalkan pasar dan melanjutkan perjalanan. Bus terus melaju ke barat melintasi kota demi kota di pulau Bali. Akhirnya sekitar jam 2 siang, bus sampai depan terminal Gilimanuk. Kami pun turun dan bersiap menyeberang ke Ketapang, Banyuwangi.


Dalam penyebrangan, tak banyak cerita. Satu jam menyebrang, Alhamdulillah kami sampai Ketapang dan menginjankan kaki lagi di tanah Jawa. Kami keluar Pelabuhan dan segera mencari makan siang. Menu bakso dan mie ayam menjadi pilihan kami. Usai makan, kami bersiap melanjutkan kembali perjalanan pulang. Tujuan kami selanjutnya adalah Surabaya. Karena lumayan lama kami menunggu di pintu keluar pelabuhan mencari bus tujuan Surabaya tak juga kami jumpai. Akhirnya kami naik angkot ke terminal Ketapang. Dengan tarif 5000/orang kami pun sampai terminal ketapang. Dan bus tujuan kota Surabaya sudah menunggu di terminal. Kami pun langsung masuk bus.


Bus meninggalkan terminal sekitar jam 4 sore, kami duduk paling belakang dan tak lama bus meninggalkan terminal ketapang, kami pun tertidur. Kami terbangun lagi ketika bus masuk terminal Probolinggo. Bus semakin penuh dan berdesak desakan.  Setelahnya aku pun tak bisa tidur lagi sampai dengan bus masuk terminal Bungurasih Surabaya.


Di terminal Bungurasih, kami berpisah. Aku melanjutkan perjalanan ke Jogja. Pak Sapto dan Rendy ke Semarang. Aku pun naik bus Sumber Kencono lagi menuju Jogja. Bus yang cukup membuat  jantung tidak tenang karena gaya mengemudi nya.  aku sampai terminal Giwangan jam setengah 6 pagi. Karena hari itu aku jadwalkan masuk kerja di Kebumen, aku pun langsung melanjutkan perjalanan ke kota Kebumen. Dengan Bus Efisiensi dari terminal Giwangan akhirnya Alhamdulillah sampai Kebumen jam 8:30 pagi. Aku langsung pulang ke rumah, mandi dan langsung masuk kerja jam 9 pagi. TAMAT


“Nyanyian bisu itu masih sama, saya masih mengingatnya persis seperti ketika waktu kebersamaan menapaki jalur-jalur setapak berpasir yang dingin berkepanjangan. Bintang yang berjatuhan dan hembusan angin yang menembus kulit. Kesepian yang berusaha menerobos jiwa-jiwa rapuh dan gelisah. Dan untuk kali ini saya ingin benar-benar menikmatinya, karena di sini, tempat yang suatu saat nanti kita rindukan”



Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan...!
Pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi..!
Jadilah seperti yang kamu inginkan...!
Karena... kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan....
*Rinjani Part 2*
*Lombok, 1 Muharam 1435 H.*


















Terimakasih
"SAPTO - RENDY - ROKHMAN"
______________________________

KAU YANG KU SEBUT MERPATI



Engkaulah yang ku sebut "Merpati" ku yang sedang terbang bebas belum tahu jalan/arah pulang...

Engkau lah yang ku sebut "Pohon Kecil" yang dulu ku temukan, ku ambil dan ku rawat dengan sepenuh hati..

Tepat 27 bulan yang lalu ku menemukannya...
Pohon kecil yang kini telah tumbuh menawan selama 27 bulan ku rawat...
Tapi... Kini telah ada yang 'berusaha' mau mengakui si Pohon Kecil yang kian menawan sebagai pemilik nya...

Aku terlanjur sepenuh hati merawat nya...
Jujur dari hati, berat melepas nya...

Dan... Seiring berjalannya waktu, aku mulai sadar.. Kalau yang dulu ku 'temukan' bukan milik aku...

Aku mencoba tersenyum walau dari hati kecil masih ada kekecewaan...

Aku harap, pohon kecil itu jg akan di rawat dengan penuh kasih sayang, walau sudah bukan aku lagi yang merawat nya....

Suatu saat nanti.., aku ingin melihat dari kejauhan, pohon kecil yang mulai menawan akan semakin menawan...

Esok... Jika suatu saat nanti ku menghilang...
aku pergi bukan untuk sembunyi...
aku pergi hanya ingin menenangkan diri...

Rokhman N.S

MAWAR BERDURI



Mawar Berduri.... banyak orang bilang, duri pada Mawar mengurangi keindahan Mawar.. Duri pada mawar merusak keindahan atau mengganggu si Mawar..
Padahal... Justru duri itulah Mawar di katakan Mawar.., Duri itulah yang membuat Mawar menjadi Sempurna...
kakak ingin, Engkau seperti Mawar yang berduri....
Engkau sebagai mawar, dan Duri sebagai Aturan Tuhan pada setiap wanita..
Seperti Duri pada Mawar..., banyak orang bilang Aturan Alloh bagi setiap wanita itu merusak keindahan si wanita.., membuat wanita susah bergaul, susah bekerja, atau susah ber-aktivitas..
Padahal..... seperti duri pada mawar, Aturan itu juga yang membuat wanita dikatakan wanita...

Jadilah engkau mawar berduri...!!!
Jadilah Wanita dengan apa yang Tuhan mau untuk engkau lakukan.., maka engkau lakukan....!
Jadilah Wanita dengan apa yang Tuhan mau untuk engkau kenakan.., maka engkau kenakan...!
Jadilah Wanita dengan apa yang Tuhan mau untuk engkau rasakan.., maka engkau rasakan..!
Jadilah Wanita dengan apa yang Tuhan mau untuk engkau katakan.., maka engkau katakan...!

Engkaulah Mawar Berduri... Engkau Wanita dengan apa yang Tuhan mau, ada pada dirimu...!!!

Kenapa kakak gambarkan engkau Mawar Berduri dengan Background warna hitam gelap..? bisa saja kakak kasih warna kuning, hijau, biru, merah atau warna lainnya... kenapa kakak pilih warna gelap..?
karena... sungguh kakak tidak mau engkau menjadi Mawar Berduri di tengah taman...
kalau engkau  menjadi Mawar Berduri di tengah taman, gampang orang memetik engkau.. mudah orang memetik engkau..  mungkin hanya ada denda 50 ribu atau 2 bulan kurungan, lalu orang memetik engkau dengan sangat mudahnya. kakak tak tingin engkau seperti itu...!

Kakak inginkan engkau menjadi Mawar Berduri di tepi jurang. Makannya kakak pilih warna gelap di belakangnya..
Maksudnya.... kakak ingin, engkau menjadi Mawar Berduri di tepi jurang. Karena.. suatu saat nanti, kakak yakin kalau kelak akan ada laki-laki yang memetik engkau. Dia pasti laki-laki yang berani mengorbankan nyawa nya untuk engkau. Resiko nya besar karena di tepi jurang. Nyawa bukan sekedar denda atau beberapa bulan kurungan..!
Dia lah laki-laki sejati yang berani berkorban untuk engkau...