MENGASAH PRIBADI DI GUNUNG PERAHU

Gunung Perahu 2.565mdpl..., yaa.... dengan berjuta Keindahan yang tuhan limpahkan di tanah itu, buatku penasaran untuk mengunjunginya...
Berawal dari ajakan seorang teman asal Semarang (Mas Sapto) lima hari sebelumnya dia mengajakku melalui pesan singkat untuk mendaki Gunung Perahu. Ku Sempat berfikir-fikir terlebih dulu, karena di hari itu rencana awal adalah mendaki Gunung Sumbing. Tapi... entah dari dorongan mana, ku pilih untuk mendaki Gunung Perahu saja. Hingga pada hari nya, ku sudah siap-siap.


Sabtu, 27 Oktober 2012..., sengaja ku bolos kerja hanya untuk menikmati Pesona Alam sekitaran Gunung Perahu, Kawasan Dieng, Wonosobo. Dengan mengendarai sepeda motor seorang diri dari kota ku “KEBUMEN”, menuju Kota Wonosobo. Melewati jalur yang sangat aduhai bangeeet.., Tanjakan dan Tikungan yang kurang bersahabat hampir saja buat ku kecelakaan saat berkendara. Dua jam perjalanan ku lalui, ku sampai Alun-alun Wonosobo. Aku sama Mas Sapto janjian nya di Terminal, karena aku belum masih awam daerah wonosobo, aku pun sempat kebingungan untuk menuju Terminal. Apalagi jalan raya di Wonosobo banyak yang hanya Satu Arah, sungguh membingungkan. Setelah tanya sana tanya sini, singkat cerita aku menemui Mas Sapto dan temannya (Mas Yudi) di sebelah Timur Terminal Mendolo.

 
Sebelum menuju kaki Gunung Perahu, kami singgah dulu di rumah nya Ketua Pecinta Alam “AGIEL PALA” yang biasa di sapa “Mas Cacing”. Ternyata di sana sudah banyak temen-temen yang mau mendaki ke Gunung Perahu juga. Ada yang dari Jakarta “ECHA”, ada yang dari Bekasi “Mas Joko, Bang Amin, Litha, n Veliz” dan.. ada ada saja para Anggota Agiel Pala yang pada kocak-kocak. Meskipun baru pertama kali bertemu, suasana langsung akrab. Begitulah yang terjadi pada sesama pendaki gunung. Meskipun tidak saling kenal, namun selalu saja langsung akrab dan hangat. Kami mengobrol banyak, bercerita banyak dan Pastinya sembari Bercanda Ria. kami  disambut dengan ramah dan disuguhi Makan Siang dan camilan krupuk. Setelah Sholat Dhuhur, kami Packing ulang dan bersiap berangkat menuju Kaki Gunung Perahu.

 
Karena Sepeda Motor hanya ada 5 unit, dan yang bersiap mendaki berjumlah 16 person.., maka untuk menuju basecamp pendakian Gunung Perahu sebagian menggunakan angkutan umum. Yang menggunakan motor berangkat duluan.., termasuk aku. Hujan deras sempet mewarnai perjalanan kami.., meski di guyur hujan.., Pemandangannya yang kami lalui sungguh indah walaupun kadang tertutup kabut. Sempat kami berhenti di pinggir jalan dekat pos pemantauan gunung Sindoro dan di Gapura yang bertuliskan “KAWASAN DIENG PLATEU” untuk berNarsis Ria. Heheeew.....
 
Singkat cerita, setelah Satu Jam perjalanan kami tempuh, akhirnya kami sampai  di basecamp. Suatu bangunan balai desa “PATAKBANTENG”. Sembari menunggu yang lain tiba, kami istirahat dulu, Sholat ‘Asyar dan Registrasi Pendakian. Tak lama kemudian yang lain tiba juga di basecamp. Setelah pada istirahat dan melakukan registrasi, sekitar jam 5 sore kami mulai pendakian ini.

 
Jalanan kampung kami susuri hingga habis dan dilanjutkan jalan setapak pada perkebunan. Kadang sepanjang jalan kami berpapasan dengan beberapa penduduk kampung dan saling menyapa dengan tersenyum. Memang seperti itulah kebiasaan ketika pendakian. Menyapa semua orang yang kita temui dengan tersenyum... Hari semakin sore merambat ke malam. Cahaya matahari secara perlahan menghilang. Suara Adzan Maghrib dari Lereng gunung saling bersautan. Suasana menjadi gelap. Setelah berjalan agak lama akhirnya kami sampai juga di hutan.

 
Begitu memasuki hutan, Aku merasa rute pendakian gunung Perahu ini sangat nyaman. Track tidak terlalu terjal, jalan setapak dari tanah yang basah dan empuk, dan hutan yang tak begitu lebat, bahkan cahaya Bulan pun sangat terlihat terang. Bulan dan Bintang seakan menjadi teman perjalanan kami yang paling setia. Sepanjang perjalanan kami mengobrol, bercanda, Terkadang kami break sejenak untuk melonggarkan otot-otot badan. Kami terus melanjutkan pendakian, track pendakian gunung Perahu tidak begitu sulit, bahkan menurut saya pendakian gunung Perahu adalah pendakian yang paling nyaman. Track-nya tidak terlalu terjal, jalannya cukup lebar.


Alhamdulillah...., setelah Dua Jam pendakian, kami sampai di Puncak yang ada Batas Wilayah Tiga Kabupaten itu., meskipun puncak itu bukanlah puncak tertinggi gunung Perahu.., Kami langsung NgeCamp di tempat itu. Dalam waktu singkat, 4 atau 5 tenda langsung terpasang. Cuaca cerah, udara tak terlalu dingin. Sungguh nyaman nya...
 

Suasana begitu tenang dan damai, Membawa angan melayang. Setelah Tunaikan Sholat Maghrib dan ‘Isa.., Kami menghabiskan waktu dengan ngobrol-ngobrol. Bercanda, Masak dan makan malam..., Ketika kami beristirahat, datang kelompok pendaki lain. Mereka adalah dari “IJOPALA”. Tapi mereka tak mau gabung ngeCamp bareng kami. Malam itu, mungkin yang paling cepat tidur adalah aku., karena efek malam sebelum pedakian aku nya begadang sampai dini hari.


Pagi menjelang..., udara dingin mulai menusuk tulang.., teman-teman pada terbangun, dan aku pun terbangun. Keluar Tenda daaaan... masyaalloh...., Indah nya sang Fajar Pagi itu.. sebelah selatan berdiri Megah dunung Sindoro dan belakang nya lagi Gunung Sumbing.., dari Kejauhan.., sebelah tenggara berdiri Gunung Merbabu dan Merapi yang selalu mengeluarkan asapnya.. sungguh menakjubkan...

 
Terdengar suara Adzan Shubuh dari lereng gunung, langsung ku tunaikan Sholat Shubuh dan tak henti-hentinya mengucapkan Syukur.., mensyukuri, bahwa diri yang lemah ini masih di beri kesempatan menikmati Keindahan Maha Karya-Nya. Dengan segala kelemahan dan kekurangan, Aku masih diberi kesempatan untuk menapakkan kaki di tanah-tanah tertinggi. Sembah sujud mencium tanah kebebasan.. Sembari histeris mengagungkan nama Illahi. Memandang jauh dibatas langit dan bumi,  aliran udara sejuk dinginkan jiwa menanti mentari terbit diufuk timur..,
Bersujud diatas awan dipuncak tanah tinggi.., duduk bersimpuh serasa melayang. Sempat ku teteskan air mata haru pagi itu..

 
Tak lama kemudian, aku masak air tuk membuat Kopi hangat. sembari menunggu air mendidih, aku gabung kembali ke rekan-rekan yang lagi asik menikmati detik demi detik Hilangnya sang fajar dan menanti Sang Surya lahir dari rahim timur.., indah.. menakjubkan.. yaaa.... sungguh-sungguh indah menikmati pagi diatas gunung Perahu ini. Kamera di Tangan tak henti-hentinya mengabadikan moment-moment itu (sampe-sampe lupa kalo aku lagi masak air). Sungguh beruntung..., pagi itu cuaca sangat mendukung. Dan pendakian ku kali ini sukses menikmati Sunrise..
 

Wajah-wajah Keceriaan sangat nampak pada masing-masing dari kami. kamera tetap di tangan, kami berjalan dan terbagi menjadi dua rombongan untuk mencari Spot Pemandangan yang bagus. Berjalan sedikit ke arah selatan, serasa semakin dekat dengan Megahnya Gunung Sindoro yang menjulang tinggi. Awan tebal terlihat seakan sedang berlarian bagaikan ombak di lautan. Waaah.... Indahnya menikmati Negri Diatas Awan..

Setelah Puas di lokasi ini, sejenak menuju bukit “teletubies”, berharap bisa bertemu “tinky winky, Dipsy, Lala dan Po” tuk di ajak berpelukaaaaan....., hehee..... tapi... kayaknya para teletubies itu sedang tak ada di sarangnya... yaaah...., Cuma berfoto-foto aja deh disana..
Terus aku dkk nggabung ke Rombongan yang mencari spot di atas Bukit arah barat. Dari sini, terlihat jelas tatanan kawasan Agrowisata kawasan Dieng.., sungguh Luaaar Biasa... nampak kecil tatanan desa di lereng gunung ini. Terlihat juga dari dari sini Telaga Warna yang tersohor itu, dari kejauhan ada pula Kawah Sikidang yang selalu mengeluarkan asap, terlihat pula 4 candi yang berjajar dari kejauhan sebelah barat laut. Tapi.. sedikit Ke “GALAU” an bagiku, disini Kamera ku Kumat error nya... huuuuft....


Setelah dirasa cukup, kami turun bukit menuju tempat ngeCamp dan masak untuk sarapan pagi. Waktu terus berjalan dan pagi menjelang siang. setelah sarapan, kami bongkar tenda, packing tuk persiapan turun gunung. Tak lupa pula kami bersihkan sampah-sampah di sekitar area kami ngeCamp. Setelah ambil Foto kesemua pendaki, kami bersiap turun.


Sekitar jam 08:30, kami semua tinggalkan puncak, menuruni gunung dengan keceriaan membawa turun jiwa yang dipenuhi “spirit of the mountain”. Dengan berjalan santai, Selama perjalanan ini seringkali aku selalu jelalatan matanya bila menemukan gerumbulan pohon pakis. Di gerumbulan pohon seperti ini biasanya carnivira plant atau kantong semar tumbuh. Namun dari Puncak hingga lereng aku berjalan, sosok Nephents sp. ini tidak juga menampakkan batang kantongnya. Rupanya eksploitasi besar-besaran sudah menurunkan secara drastis populasi tanaman langka ini. kami menikmati perjalanan turun ini. Singkat cerita, kami sampai basecamp jam 10:00 pagi. Syukurlah.., semua nya sampai basecamp dengan selamat.

Setelah beres-beres di basecamp, rencana kami selanjutnya ialah menuju obwist pemandian “KaliAnget”, tapi... hanya sedikit cerita di sini.karena tak semua dari kami menikmati lokasi ini. Mas Sapto dan Mas Yudi, mungkin langsung Pergi Pulang menuju Semarang, #maaf Mas..., aku belum sempat mengucapkan “Terimakasih” hari itu. Disini aku dan sebagian lain nya sampai jam Satu siang.


setelah dari pemandian Kali Anget, kami menuju Alun-alun Wonosobo untuk mencicipi makanan khas Wonosobo, yakni “Mie Ongklok”. Setelah dirasa cukup, aku berpamitan pada rekan-rkan tuk Pulang menuju Kota Kebumen. Satu setengah jam perjalanan cukup membawaku sampai halaman rumahku.


terimakasih ku ucapkan :

-    Semua anggota “AGIEL PALA” yang lucu-lucu semua...
-    Mas Sapto dan Mas Yudi yang dari “Semarang”..
-    Mas Wahyu, asal “Batang”
-    Bang Amin, Mas Joko, Litha, Veliz n Echa.
Semoga kita semua bisa menggapai puncak-puncak tertinggi bersama lagi..















PENDAKIAN KU KE PUNCAK GUNUNG MERAPI

Gunung Merapi.., yaa.... Gunung yang terkenal ganas nya pasca erupsi 2010 lalu, kini ku coba gapai puncaknya. Rabu, 17 Oktober 2012, ialah hari yang sudah aku rencanakan untuk mendaki gunung Merapi bersama satu teman ku dari Bojonegoro, Jawa Timur (he is Rahmat Koplak)

Di hari Rabu siang,aku berangkat seorang diri dari Kota ku (Kebumen) dengan mengendarai sepeda motor. Rute jalan yang ku lalui Kebumen-Purworejo-Magelang-Selo/Boyolali. Karena aku belum pernah sekalipun melewati rute jalur ini, seperti biasa atau memang sudah kebiasaan..., sepeda motor yang aku pacu Nyasar..., yaaa.. kalo ga nyasar, ya ga seru.. heheee...

Singkat cerita, 4 Jam perjalanan ku tempuh akhirnya aku sampai Basecamp Barameru, Selo, Boyolali. Di basecamp, aku sudah di tunggu si Rahmat yang jauh-jauh dari Bojonegoro untuk mendaki gunung merapi bersama. Yaa... setelah sampai basecamp,ku Sholat, istirahat dan makan. Sore itu cuaca Gerimis, dan hujan deras tapi tak lama, sekitar jam 17:00 kami mulai langkahkan kaki untuk mendaki Gunung Merapi.

Dari basecamp, rasa was-was mengganggu mental kami, #apakah berani HANYA dua anak muda yang belum pengalaman, mendaki Gunung Merapi malam hari..? Pesimis... yaaa.... Aku pun tak yakin kalo kami itu bisa. Langkah demi langkah tanpa gairah terus di ayunkan. 40 Menit perjalanan baru kami lalui, hari mulai gelap, dan gerimis mulai turun lagi. Tanpa fikir panjang, kami keluarkan dan pasang tenda di Kebun wortel penduduk. Hari semakin gelap, gerimis menjadi hujan lebat di sertai angin kencang dan sesekali gemuruh. Akhirnya, malam itu kami habis kan hanya didalam tenda dan tertidur sampai pagi.

Pagi menjelang, sekitar jam 04:30, kami terbangun, udara dingin khas pegunungan dan pekatnya kabut menyapa kami dari luar tenda. karena masih dingin, kami belum berani keluar tenda. Kami terus masak dan sarapan pagi dengan menu Ketupat, Mie Goreng dan Secangkir Kopi. Usai sarapan, terus Sholat dan beres-beres tuk melanjutkan pendakian.
Jam 07:00, kami mulai melanjutkan perjalanan, tanjakan demi tanjakan, masuk hutan (tak lebat) dan pekat nya kabut harus kami lalui. Kali ini, kami Optimis tuk gapai puncak Merapi, langkah demi langkah santai kami ayunkan tuk menapaki tanjakan, jarak pandang yang hanya -20 meter karna tertutup kabut cukup meresahkan kami, ditambahlagi sesekali ada suara Anjing dan sering kali kami temui Monyet. Angin kencang tak henti-henti nya menerpa perjalanan kami.

Hari semakin siang, tapi tak terlihat siang, karena kabut selalu menghalangi cahaya matahari. Kami tetap berjalan, tanjakan-tanjakan berbatu terus kami lahap dan akhirnya kami sampai batas vegetasi antara tumbuhan dan batu-bebatuan. Puncak Merapi mulai terlihat sesekali kala kabut menipis, semangat kami semakin terbakar, ingin rasanya cepat-cepat gapai Puncak nya Merapi.

Jalur tandus, luas dan banyak berserakan bebatuan kami lewati, katanya tempat ini namanya pasar Bubrah (Pasar Setan yang ada di Gunung Merapi), disini kami kesulitan mencari Jalur yang biasa di lewati pendaki untuk menggapai Puncak Merapi karena tak ada jejak setapak. Menyusuri dan mencari, belum juga kami menemukan tanda-tanda jalur nya. Karena hari sudah siang, kami istirahat di bawah batu besar dan Masak untuk makan siang.

Setelah sekitar 1 jam istirahat dan Makan, kami memutuskan untuk segera menggapai Puncak merapi. Karena belum ketemu jalurnya, kami ber-inisiatif “Tembak_Puncak” menaiki dengan cara dan jalur kami sendiri. Barang-barang kami tingggal di bawah batu besar. Tanjakan Pasir berbatu sudah di depan mata, pelan dan berhati-hati, langkah terus melangkah, Tiga langkah naik, kaki turun selangkah. Beruntung bagi kami, akhirnya kami temukan jejak jalur yang biasa di lewati. Menyusuri jalur, tanjakan bebatuan bisa kami lalui, akhirnya kami sampai Bibir kawah Merapi yang terkenal ganas itu., tapi kami belum sampai puncak tertinggi nya. bau belerang sangat menyengat, sempat berfikir untuk menyudahi saja sampai bibir kawah itu dan tak usah sampai puncak tertinggi nya. Alasannya, karena khawatir bau belerang, angin puncak yang kenceng nya ga beraturan dan KELIHATAN nya puncak susah di gapai.

Tapi... dengan Mental pemberani khas anak Jawa Timur, si Rahmat Koplak nekat menggapai puncak Merapi, ku lihat.. dia berhasil menggapai Puncak yang ditandai dengan kibaran Bendera hitam. Tak adil kalo aku tak sampai Puncak juga. Aku memberanikan diri dan dengan hati-hati ku panjat bebatuan terakhir daaaaan ALHAMDULILLAH...... dengan segala kelemahan dan kekurangan ku, jam 13:00 aku Berhasil menggapai Puncak Gunung Merapi....

Tak henti-henti kami bersyukur atas keberhasilan itu, melihat langsung Kawah Merapi yang Sedang Aktif terus menerus mengeluarkan asap. Menikmati keindahan di tengah bahaya Gunung Merapi. Memandang kejauhan kota kecil yang tertutup kabut. Sungguh LUAAAAR BIAASAAA.....

Tak lama kami berdua di atas puncak (skitar 20 menit saja), kami terus turun. Kaki gemetar menuruni bebatuan yang sempit dengan kencangnya angin puncak. Berseluncur di pasir sejauh ratusan meter, itulah moment yang mengasikan.. meskipun saat meluncur turun, celana ku robek terkena batu dan Kamera digital ku error karena pasir nya. Tapi... Jiwa dan wajah kami tetap menggambarkan kepuasan..

Setelah mengambil barang-barang yang kami tinggal, kami segera turun. Kabut tebal semakin menjadi... jarak pandang hanya 5-10 meter saja di area pasar bubrah. Melangkah pelan dan hati-hati terus kami ayunkan. Seakan berpacu dengan waktu berharap saat senja, kami sudah sampai basecamp. Kami tak henti-hentinya menuruni tanjakan berbatu, kembali melewati hutan, kembali melewati perkebunan sayuran penduduk dan akhirnya tepat saat maghrib kami sampai di Basecamp.

Sampai basecamp, ku langsung bersih-bersih dan terus tunaikan sholat. Kebetulan di basecamp sedang ada 2 orang yang akan mendaki (kakek dan cucu asal bekasi), sembari kami istirahat, kami berbincang-bincang dengan mereka. Tak terasa malam begitu cepat, sekitar jam 19:30, kami berdua pamitan untuk pulang ke kota masing-masing...


MERAPI...., betapa Luas nya engkau.., betapa di kagumi nya engkau...
Engkau ajarkan Pelajaran tentang keikhlasan tanpa teks dan teori ataupun dalil-dalil suci terasa nyata... Lepas... Bersama mimpi-mimpi yang berterbangan. Hanya hari ini. Cukup hari ini...

Dalam kekosongan pandangan mata yang berisi ribuan makna, ada sedikit cerita yang terkuak. Selebihnya hanya tarikan dan hembusan nafas pelan… sungguh pelan…. simbol kepasrahan dan totalitas kehambaan..
Secara sadar.. kini Aku pun mengerti dan faham, bahwa saat-saat yang indah itu ada akhirnya… dan Aku bersyukur semuanya berakhir dengan cara-cara yang indah....